My Blog List

Tuesday, January 11, 2011

KEHIDUPAN : JALAN YANG BERCABANG

Hidup adalah sebuah pilihan. Setiap orang di dalam kehidupannya harus memilih dan memutuskan akan seperti apa kehidupannya nanti. Karena tidak memilih pun itu merupakan sebuah keputusan. Di dalam perjalanan hidup akan muncul berbagai pilihan dan juga berbagai kemungkinan, oleh karena itu ada yang menyebutkan bahwa hidup itu tidak bisa diprediksikan secara tepat. Seperti teori 50% kemungkinan munculnya muka koin yang dilemparkan. Apa itu berarti kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Secara statistik teori di atas benar. Tetapi kita tidak bisa menentukan masa depan.

Bayangkanlah saat ini Anda sedang berada di dalam sebuah perjalanan di hutan. Saat Anda sedang menikmati perjalanan Anda di hutan tersebut, dihadapan Anda terlihat dua cabang jalan. Jalan ke kanan nampaknya jalan yang sudah sering dilalui banyak orang karena terlihat dari rumput-rumput yang sudah banyak yang terinjak dan terpotong oleh orang-orang yang melaluinya. Sedangkan jalan ke kiri rumput-rumputnya tinggi-tinggi sehingga jalan setapaknya pun hampir tertutup semua karena jarang ada orang yang melewati jalan tersebut. Disinilah Anda dituntut untuk memilih dan memutuskan jalan mana yang akan Anda lalui, setiap jalan yang akan Anda lewati ini akan dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi. Rintangan dan tantangannya pun berbeda, dan tentunya pemandangan, situasi dan kondisi perjalanannya pun akan berbeda. Berbagai kemungkinan akan muncul, mungkin di salah satu jalan itu Anda akan dihadapkan pada hewan-hewan liar dan buas yang akan mengancam kehidupan Anda, mungkin juga Anda akan melihat pemandangan yang luar biasa indah dan jarang ada orang yang bisa melihatnya, mungkin juga Anda akan menemukan harta karun disana dan berbagai kemungkinan lainnya. Begitu pula dengan kehidupan yang banyak dengan pilihan-pilihan yang harus dengan segera Anda putuskan yang manakah yang akan Anda pilih. Apakah Anda akan memilih jalan yang sama dan sudah dilalui banyak orang? Ataukah Anda akan memilih jalan yang jarang dilalui orang dan penuh misteri beserta konsekuensi yang akan Anda hadapi? Manakah yang akan Anda putuskan dan fokuskan?
Setiap orang memilih satu dari dua cabang jalan dalam hidupnya – tua atau muda, kaya atau miskin, pria atau wanita sama saja. Sebagaimana dijelaskan dalam buku the 8th habit, yang ditulis oleh Stephen R Covey, salah satu cabang adalah jalan yang lapang dan banyak dilalui banyak orang, yaitu ke arah mediokritas, suatu keadaan serba tanggung, setengah-setengah, atau malah memble. Jalan satunya lagi menuju ke arah keagungan, kebesaran, atau kehebatan dan pemenuhan makna. Wilayah cakupan dari kemungkinan yang ada dalam setiap tujuan di ujung masing-masing jalan itu sama luasnya dengan perbedaan anugerah atau bakat alamiah dan kepribadian dalam keluarga manusia, tetapi perbedaan antara kedua tujuan tersebut seperti malam dan siang.
Jalan mediokritas mengekang potensi manusiawi. Jalan ke arah keagungan membebaskan dan mewujudkan potensi manusiawi. Jalan ke mediokritas adalah pendekatan kehidupan yang menggunakan prinsip-prinsip jalan pintas, serba cepat; sedangkan ke keagungan adalah suatu proses pertumbuhan bertahap dari dalam ke luar. Para penjelajah yang mengarah ke mediokritas akan hidup dengan menuruti keakuannya yang dibentuk oleh tradisi budaya, menuruti kecenderungan atau selera rendahnya, hidup dengan mentalitas kelangkaan, membanding-bandingkan, hidup dengan semangat persaingan dan merasa diri sebagai korban (victimism). Sementara itu, para penjelajah yang mengarah ke keagungan, bangkit tegak di atas berbagai pengaruh budaya yang negatif, dan memilih untuk menjadi kekuatan kreatif bagi kehidupan. Satu kata bisa menyatakan jalan ke keagungan itu, yaitu SUARA (PANGGILAN JIWA). Mereka yang berada di jalan ini menemukan suara mereka, dan mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka. Orang lain tidak pernah melakukannya.

                                                      TEMUKAN SUARA ANDA

Di hutan, terhampar di hadapanku dua cabang jalan.
Aku mengambil jalan yang jarang dilalui orang.
Dan itulah yang membuat segala perbedaan.
      ROBERT FROST

       J.A.Y President

Wednesday, January 5, 2011

SUCCESS STRATEGY: BUSINESS PRINCIPLES OF Conrad N Hilton

           Hilton was born on December 25, 1887 in San Antonio, New Mexico. He was the second child of eight siblings, and first boy. Hilton led the 185 hotels in the United States and 75 overseas when he died at age 91, in January 1979. Men who have this vision has carved his name in history. In 1965, the hotel business has 61 fruit Hilton hotels in 19 countries, in other words, the effort was 40,000 rooms and staff employees to reach 40,000 people. Hilton alone control 30 percent of large revenues estimated at $ 500,000 million more.

         Not possible to someone starting a business in this life without knowing which direction to its target. As far as I remember ... me included have the nature of enthusiasm. With the enthusiasm that continues to push and prayer to protect me, I can say that I liked what I've done in life. There can not, with such capital, difficult people do not live with an active, rich, and even more so, happy. If someone has the ambition that drives him, which led him confidence, and health to apply all his ability, not unlikely he will achieve success, whether in what manner.(Conrad Hilton, Hilton Hotel)

Pick people who are competent, place them in key positions and implicitly to the decisions of their hearts. (Conrad Hilton, Hilton Hotel)

Show deference to anyone who you are facing. (Conrad Hilton, Hilton Hotel)

Hmm .. great great indeed this Mr. Hilton. The struggle and hard work are also a high willingness to study can make a successful person. Hopefully this article useful and can inspire us and motivateus not to despair and continue to strive to achieve success. ^ ^

J.A.Y
Brand New World

Eight Habbits of Creative Genius

The following eight strategies encourage you to think productively, rather than
reproductively, in order to arrive at solutions to problems. "These strategies are common
to the thinking styles of creative geniuses in science, art, and industry throughout
history."

Look at problems in many different ways,
and find new perspectives that no one else has taken (or no one else has publicized!).
Leonardo da Vinci believed that, to gain knowledge about the form of a problem, you
begin by learning how to restructure it in many different ways. He felt that the first way
he looked at a problem was too biased. Often, the problem itself is reconstructed and
becomes a new one.

Visualize!
When Einstein thought through a problem, he always found it necessary to formulate his
subject in as many different ways as possible, including using diagrams. He visualized
solutions, and believed that words and numbers as such did not play a significant role in
his thinking process.

Produce!
A distinguishing characteristic of genius is productivity. Thomas Edison held 1,093
patents. He guaranteed productivity by giving himself and his assistants idea quotas. In
a study of 2,036 scientists throughout history, Dean Keith Simonton of the University of
California at Davis found that the most respected scientists produced not only great
works, but also many "bad" ones. They weren't afraid to fail, or to produce mediocre in
order to arrive at excellence.

Make novel combinations.

Combine, and recombine, ideas, images, and thoughts into different combinations no
matter how incongruent or unusual. The laws of heredity on which the modern science of
genetics is based came from the Austrian monk Grego Mendel, who combined
mathematics and biology to create a new science.

Form relationships;

make connections between dissimilar subjects. Da Vinci forced a relationship between
the sound of a bell and a stone hitting water. This enabled him to make the connection
that sound travels in waves. Samuel Morse invented relay stations for telegraphic
signals when observing relay stations for horses.
Think in opposites.



Physicist Niels Bohr believed, that if you held opposites together, then you suspend your
thought, and your mind moves to a new level. His ability to imagine light as both a
particle and a wave led to his conception of the principle of complementarity.
Suspending thought (logic) may allow your mind to create a new form.

Think metaphorically.
Aristotle considered metaphor a sign of genius, and believed that the individual who had
the capacity to perceive resemblances between two separate areas of existence and link
them together was a person of special gifts.

Prepare yourself for chance.
Whenever we attempt to do something and fail, we end up doing something else. That is
the first principle of creative accident. Failure can be productive only if we do not focus
on it as an unproductive result. Instead: analyze the process, its components, and how
you can change them, to arrive at other results. Do not ask the question "Why have I
failed?", but rather "What have I done?"

Adapted From:
Michael Michalko, The Author of Thinkertoys (A Handbook of Business Creativity),
ThinkPak (A Brainstorming Card Set), and Cracking Creativity: The Secrets of Creative
Geniuses (Ten Speed Press, 1998).

Tuesday, January 4, 2011

Psychology: MENTAL REHEARSAL TECHNIQUE

One technique taught by Brian Tracy in the Psychology ofAchievement. 
Technique is called Mental Rehearsal Technique. If we want to deal with
an important mattersuch as sales presentation, interviews, etc., 
imagine in your mind a picture of what will happen with as clear, 
lively and often as possible, for example: how do you give a presentation
 attitude, how people view You, how people impressed with your presentation,
 and so on, with as clear, lively and often as possible. The higher the emotions/
feelings you are involved in mental Rehearsal is, the better the results. Furthermore, 
subconsious mind we will help realize in real life what we have imagined in 
detail in the mental Rehearsal.



Your Inspiration Resources
Norman Firman

Monday, January 3, 2011

Life: The How of Happiness

Dr. Sonja Lyubomirsky

Is It Possible to Become Happier?
Different cultures have different beliefs about the importance of happiness. People in some cultures, like Russia, are less likely to believe that happiness is a reasonable, desirable, or attainable goal to pursue.

Most of us aren't flourishing. Nationally representative samples of U.S. adults indicate that slightly more than half of us (54%) are "moderately mentally healthy yet not flourishing - that is, we lack great enthusiasm for life and are not actively and productively engaged with the world.

Studies show that 50% of individual differences in happiness are determined by genes, 10% by life circumstances, and 40% by our intentional activities.

Rich people aren't as happy as we'd expect. The richest Americans, those earning more than 10 million dollars annually, report levels of personal happiness only slightly greater than the office staffs and blue-collar workers they employ.

Marriage doesn't make us as happy as we think. Although married people are happier than single ones, the effect of marriage on personal happiness is actually quite small; for example, in 16 countries, 25% of married people and 21% of singles described themselves as "very happy."

 Happy people accrue more money. One example of such a "happiness benefit" is that those who are happy as college freshmen have higher salaries 16 years later (when they are in their mid-30s) without an initial wealth advantage.
How Happy Are You and Why?
 Money brings problems to the very rich. In a study of 792 well-off adults, more than half reported that wealth didn't bring them more happiness, and a third of those with assets greater than $10 million said that money bought more problems than it solved.

Happy people think they're better looking than they are. Happier people rate themselves as more attractive than do their less happy peers, but objective judges cannot tell the difference.
Practicing Gratitude and Positive Thinking
 In the days after 9/11, gratitude and sympathy were the most common emotions. In the days immediately after September 11, 2001, gratitude was found to be the second most commonly experienced emotion (after sympathy).

Overthinking (i.e., rumination) ushers in a host of adverse consequences: It sustains or worsens sadness, fosters negatively-biased thinking, impairs a person's ability to solve problems, saps motivation, and interferes with concentration and initiative.

Happy people care less about others' successes. Happy people are less affected by unfavorable social comparisons (e.g., observing a peer who is worse off) than unhappy ones.
Investing in Social Connections
Satisfied and stable couples are relatively more likely to idealize each other.

 Hugs make people happier. Students at Penn State who were instructed to give or receive a minimum of five hugs per day over the course of four weeks and to record the details became much happier. Students who merely recorded their reading activity showed no changes.
Living in the Present
 Reminiscing benefits older people. The more time older adults spend reminiscing, the more positive affect and higher morale they report.

The practice of repetitively replaying your happiest life events serves to prolong and reinforce positive emotions and make you happier, whereas systematically analyzing your happiest life events has the reverse effect.

People high in mindfulness - that is, those who are prone to be mindfully attentive to the here and now and keenly aware of their surroundings - are models of flourishing and positive mental health.

 Studies have shown that nostalgic experiences spawn positive feelings, reinforce our sense of being loved and protected, and even boost our self-esteem.
Taking Care of Your Body and Your Soul
Religious people are happier, healthier, and cope better with trauma.

 Half of us feel worse, not better, when we exercise. In one study, participants were asked to cycle at 60% of their maximum heart rate. Over the course of 30 minutes, half the participants reported feeling progressively better, and half claimed to feel progressively worse.

 Botox lifts hard-core depression. Ten clinically depressed women whose depressions had not responded to treatment by either drugs or psychotherapy were administered Botox to their frown lines. Two months later, 9 out of the 10 participants were no longer depressed, and the tenth had much improved.
The Hows Behind Sustainable Happiness
 Friends triple our chances for keeping weight off. Participants undertook a 4-month-long weight loss program involving diet, exercise, and behavioral changes. Of those who embarked on the program alone, 76% completed it and 24% maintained their weight losses in full for an entire 6 months. In contrast, of those who engaged in the weight loss program with three acquaintances, friends, or family members, 95% completed it and 66% maintained their weight losses in full.

It's maladaptive to be too happy.

Contrary to popular belief, most people who repeatedly try to kick habits are successful. Schachter found a 63% success rate for self-cure of smoking and obesity, and Klem et al. found that 43% of people who had kept off 30 pounds for at least 5 years reported that maintaining the weight was easier than losing it. 

Life Motivation: EVERY SWEET DAY

Diawali dari beberapa pertanyaan yaitu sebagai berikut:
1.      Banyak mana jumlahnya orang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak baik?
2.      Untuk melakukan hal yang baik agar itu menjadi sebab yang baik dan hasil yang baik, kita berada pada pilihan. Bagaimana mencermati agar bisa memilih pilihan terbaik diantara pilihan-pilihan yang baik?
3.      Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi orang yang penting dan disukai oleh orang lain?

Pembahasan di artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mengenai kebaikan, orang yang baik, pilihan yang baik, menjadi pribadi yang baik, yang penting dan disukai banyak orang. Sehingga menjadikan kehidupan kita lebih baik dan lebih manis.
We are the world, kitalah anak-anak kehidupan ini. Dan seharusnya kita memberikan waktu kita untuk menyempatkan diri dimana kita mendengarkan panggilan yang penting bagi kemanusiaan, sehingga kita mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok untuk dapat berbagi, membantu dan melayani orang lain. Dengan begitu kita bisa menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat. Pertanyaannya, banyak mana jumlahnya diantara orang baik dengan orang yang tidak baik (jahat)? Jawabannya adalah lebih banyak orang baik. Orang yang tidak baik di negeri kita ini sedikit, tetapi yang jumlahnya sedikit itulah yang membuat kita resah, gelisah dan khawatir yang menyebabkan kita takut untuk berjalan sendiri karena bahaya dan tidak aman, itu karena banyaknya orang-orang yang baik ini belum berhasil mengelola prilaku sedikit orang yang tidak baik.
Karena perasaan takut dan khawatir ini yang menganggap dunia sudah tidak aman lagi (membayangkan bahwa teroris ada dimana-mana!) telah membuat orang jadi paranoid sehingga banyak orang yang mudah curiga terhadap orang lain. Lalu kecurigaan-kecurigaan itu menutup dirinya, sehingga terlihat menjauh dari struktur sosial yang ada. Hmm... Banyak berita-berita perceraian, konflik antar individu atau pun kelompok, yang pada dasarnya disebabkan oleh rasa curiga. Seperti, istri yang mencurigai suaminya selingkuh atau seorang direktur yang mencurigai karyawannya mencuri padahal belum ada bukti yang jelas tetapi orang tersebut mudah menuduh atau menghakimi yang belum jelas kebenarannya. Rasa curiga yang berlebihan ini sebenarnya menghambat perkembangan kita untuk menjadi pribadi yang bijaksana, baik dan mulia. Jadi, apakah kita harus menghilangkan rasa curiga ini dan menjadi orang yang mudah percaya kepada orang lain? Tentunya tidak harus seperti itu juga, Ada pepatah lama yang bijak mengatakan,”Percayalah kepada Tuhan, tetapi ikat untamu!?” Percaya kepada Tuhan itu memang diwajibkan karena merupakan sebagian dari iman. Tetapi, jika kita tidak berlaku pandai, kita akan di ambil keuntungan oleh orang yang tidak baik!! Itu sebabnya, iman saja tidak cukup. Kita juga harus pandai, karena salah satu cara melengkapi keimanan adalah menjadi pribadi yang pandai. Pandailah mengelola emosi kita agar kita tidak terjebak ke dalam rasa curiga yang berlebihan, pandailah menjaga diri agar kita tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain, dan juga pandailah untu memilih tindakan dan membuat keputusan yang akan menjadikan diri kita lebih baik dan berkualitas.
Untuk melakukan hal yang baik agar itu menjadi sebab yang baik dan hasil yang baik, kita berada pada pilihan. Bagaimana mencermati agar bisa memilih pilihan terbaik diantara pilihan-pilihan yang baik?  Semua pilihan kita itu tidak ada garansi. Tetapi apakah Anda tahu hadiah terbaik setelah kita meninggalkan kehidupan ini? Itu adalah pengetahuan. Bahwa Tuhan itu betul-betul ada dan hadir selama ini, bahwa betul ada tempat yang indah bagiku kalau aku berlaku baik. Kalau hadiah terindah dalam kematian kita adalah pengetahuan, mengapakah Anda tidak mendahulukan pengetahuan selama hidup? Semua pilihan tidak ada garansi, maka ambilah semua pilihan apa pun, karena memilih apa pun lebih baik daripada tidak memilih. Karena Anda akan di buat tahu. Orang-orang yang tidak tahu akan mendidik dirinya jadi hebat kalau dia mendahulukan tindakan,karena Tuhan menjamin, kalau kita tidak tahu akan menjadi tahu waktu kita melakukan. Dengan pengetahuan kita bisa melindungi diri agar tidak mudah dibohongi dan dimanfaatkan oleh orang lain, dengan pengetahuan kita bisa menyelesaikan masalah dan membantu orang lain.

Menjawab pertanyaan no 3. Jadilah pribadi yang suka membantu dan menolong orang lain. Tetapi, kita tidak mungkin menolong orang lain tanpa menolong diri kita sendiri. Maka sebabkanlah hal-hal baik dan Anda akan dibahagiakan dengan akibat-akibat baik. Diri kita apa pun keadaannya sekarang, kita sedang hidup dalam akibat yang kita sebabkan kemarin, bulan lalu, dan Tahun lalu. Maka apabila Anda tidak  berbahagia hari ini, periksalah semua yang Anda sebabkan di masa lalu. Karena kualitas kehidupan kita sekarang, disebabkan oleh semua yang kita lakukan di masa lalu. Maka apabila orang ingin menghindari hidup dalam kualitas yang sama di masa lalu, cara-caranya harus lebih baik dibandingkan dengan cara-caranya di masa lalu. Itu sebabnya pribadi yang suka menolong orang lain sebetulnya menolong dirinya sendiri karena dia telah menggunakan cara-cara yang lebih baik daripada yang dilakukannya di masa lalu.
Janganlah menunggu dunia menjadi baik, kitalah dunia itu. Marilah kita berdiri bersama, bergandengan tangan dan menjadikan kehidupan kita indah dan membahagiakan. Kitalah anak-anak kehidupan, marilah kita indahkan kehidupan kita.