Setiap orang memiliki harapan atau impian atau sesuatu yang diidealkan bagi dirinya sendiri, baik sifat, perilaku, cara berpikir, motivasi dan lain sebagainya yang dapat menambah dan meningkatkan derajat diri, memberikan penghargaan terhadap diri sendiri dan dapat membanggakan dirinya sendiri, sehingga mereka mempunyai jati diri yang menyenangkan atau ideal.Namun, apabila dalam pencarian dan perjuangan mereka dalam membangun jati diri yang ideal ini mengalami kebuntuan yang dikarenakan mereka menyadari bahwa jati diri mereka saat ini (yang sedang dialami dan dirasakan) yang nyatanya tidak cocok atau tidak sesuai atau menyimpang dari gambaran-gambaran diri yang diidealkan, mereka mulai membenci dan menolak diri mereka-sendiri.(J.A.Y Hikari,2010)
Diri yang diagungkan-agungkan menjadi bukan hanya bayangan yang harus dikejar; dia juga menjadi tali pengukur bagi keberadaan aktualnya. Dan keberadaan aktual ini menjadi pemandangan yang memalukan saat dilihatnya dari perspektifnya yang “setara Tuhan” tentang kesempurnaan, sehingga tidak bisa tidak, dia harus menolak keberadaan aktual ini. (Horney,1950, hlm. 10)
Horney (1950) melihat enam cara utama sebuah pribadi mengekspresikan kebencian-pada-diri-sendiri:
1. Kebencian-pada-diri-sendiri menghasilkan tuntutan tanpa-akhir atas dirinya sendiri, diperkuat oleh “tirani mengenai semestinya”. Contohnya, beberapa orang melontarkan tuntutan pada diri sendiri yang tidak akan berhenti meskipun mereka sudah mencapai ukuran kesuksesan tertentu. Orang-orang ini terus mendorong diri mereka menuju kesempurnaan karena percaya mereka mestinya menjadi sempurna.
2. Penuduhan-diri yang tidak kenal belas kasihan (merciless self-accusation). Para penderita neurotik secara konstan menghakimi diri mereka sendiri. “Jika sampai ada yang tahu diriku yang sesungguhnya, maka mereka akan tahu kalau aku hanya berpura-pura untuk mengenal, kompeten, dan tulus. Aku sebenarnya berdusta namun, tidak ada yang boleh tahu selain diriku sendiri.” Penghakiman-diri bisa mengambil beragam bentuk-dari ekspresi yang jelas-jelas agung, seperti mengambil tanggungjawab bagi musibah-musibah alamiah, sampai mempertanyakan dengan gigih kebaikan motivasi-motivasi mereka sendiri.
3. Merendahkan-diri-sendiri (self-contempt), yang bisa diekspresikan sebagai peremehan, pengejekan,peraguan,pendiskreditan,dan menertawakan diri sendiri. Merendahkan-diri-sendiri mencegah penderita neurotik dari perbaikan atau pencapaian. Seorang laki-laki muda bisa berkata pada dirinya, “Kamu idiot! Apa yang membuatmu berpikir kamu bisa berkencan dengan perempuan tercantik di kota ini?” Seorang perempuan bisa menanggapi kesuksesan kariernya hanya dengan kata-kata “Cuma beruntung”. Meskipun orang-orang ini menyadari perilakunya, tetapi mereka tidak tahu kalau kebencian-pada-diri-sendirilah yang memotivasinya.
4. Membuat-frustasi-diri-sendiri (self-frustrating). Horney (1950) membedakan antara mendisplinkan diri-sendiri (self-discplining) yang sehat dan membuat frustasi-diri-sendiri yang neurotik. Yang pertama melibatkan penundaan atau pengabaian aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dalam rangka meraih tujuan-tujuan yang masuk akal. Yang kedua berasal dari kebencian-pada-diri-sendiri dan yang di rancang untuk mengaktualisasikan gambaran-diri kanak-kanak. Penderita neurotik sering kali terkungkung oleh tabu-tabu kenikmatan. “Saya tidak layak mendapat mobil baru.” “Saya tidak harus memperjuangkan pekerjaan yang lebih baik karena aku tidak cukup baik untuk itu.”
5. Menyakiti-diri-sendiri (Self-torment), bahkan menyiksa-diri-sendiri (self-torture). Walau pun menyiksa-diri-sendiri dapat eksis di setiap bentuk kebencian-diri-sendiri yang lain namun,dia menjadi kategori yang terpisah ketika niat utama mereka adalah menyebabkan rasa sakit atau penderitaan pada diri mereka sendiri. Beberapa orang mencapai kepuasan masokhistik dengan memprotes sebuah keputusan, membesar-besarkan rasa sakit di kepala, memotong urat nadi sendiri dengan pisau, memulai sebuah perkelahian yang jelas akan kalah, atau mengundang siksaan fisik lainnya.
6. Tindakan-tindakan dan impuls-impuls yang menghancurkan-diri-sendiri (Self-destructive actions and impulses), yang bisa bersifat fisik atau psikologis, sadar atau tidak sadar, akut atau kornis, dan dilakukan lewat tindakan atau hanya di dalam imajinasi. Makan secara berlebih-lebihan, menenggak alkohol dan obat-obatan terlarang, bekerja terlalu keras, mengemudi ugal-ugalan dan bunuh-diri, adalah ekspresi-ekspresi umum penghancuran-diri-sendiri secara fisik. Penderita neurotik juga dapat menyerang diri sendiri secara psikologis, contohnya dengan keluar dari pekerjaan padahal kariernya mulai menanjak, memutuskan sebuah hubungan yang sehat demi mengejar hubungan yang neurotik, atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas seksual yang cabul.
Horney (1950, hlm. 154) menyimpulkan pencarian neurotik terhadap keagungan dan pendukung-pendukung kebencian-pada-diri-sendiri ini sebagai berikut :
Setelah mensurvei kebencian-pada-diri-sendiri dan daya-daya
Penghancurannya, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain melihatnya
Sebagai tragedi besar, bahkan mungkin tragedi terbesar dari jiwa manusia.
Dalam upayanya menjangkau Yang Tak-Terbatas dan Absolut, manusia
Menghancurkan dirinya sendiri. Tetapi ketika dia menjalin kesepakatan
Dengan iblis yang menjanjikannya keagungan, maka dia harus pergi
Ke neraka – yaitu neraka yang ada di dalam dirinya sendiri.
J.A.Y. HIKARI
Door Duisternis Tot Licht
Referensi : Feist and Feist, Theories of Personality, New York, McGraw Hill, 2006.
No comments:
Post a Comment