Melanjutkan dari postingan sebelumnya mengenai The Master of Alasan Part. 1:
Orang yang takut dikalahkan oleh siapa? Tentunya yang Berani. Orang yang berani dikalahkan oleh orang yang Nekad. Orang yang nekad dikalahkan oleh orang Gila. Iyahkan orang gila itu tidak ada ukurannya. Nah ini semua tidak bisa mengalahkan siapa? Orang yang Beruntung. Tidak ada bom yang bisa melukai dia, wong dia tidak berada di kota yang sama, orang beruntung!?
Kalau begitu, yuk berani!? Kita tidak ada persiapan tapi, kalau berani kesempatan kita berhasil lebih baik. Tetapi akan lebih baik lagi kalau bersiap-siap.
Bagaimana strategi menghadapi atasan yang boleh dikategorikan master of alasan?
Berapa besar kemungkinan kita memperbaiki atasan yang salah? KECIL, wong dia lebih kuasa kok. Nah kemudian apakah bahagia anak buah yang selalu menggerutu mengenai ketidaktegasan atasan? TIDAK. Kalau begitu, dimana atasan meninggalkan sesuatu? Dia meninggalkan sesuatu yang harusnya dibawanya, Anda yang bawa. Dimana atasan tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dia lakukan, Anda yang lakukan. Kalau atasan melalaikan sesuatu karena dia ragu, Anda yang tegas melakukan. Yang untung siapa? Yang untung atasan. Yaah karena tugas kita sebagai bawahan itu mengabdi kepada atasan, jangan pernah di tawar. Atasan itu jelek, baik, pinter, tidak tegas, jujur atau pun tidak itu dipilihkan Tuhan. Nah jadi kalau begitu, “Oooh yang untung keliatannya atasan.” Tetapi dengarkan ini “Tidak ada yang melakukan kebaikan yang tidak mendapatkan hadiah dari kebaikannya.” Jadi kelihatannya pertama kali atasannya yang naik, “No it’s a matter of time, it’s not a question of possibility” “Ini bukan pertanyaan kemungkinan, ini hanya pertanyaan kapan” “Before you become you’re own big boss” Nanti.
Yang tidak disadari oleh the master of alasan bahwa sebetulnya semua masalah pada saat tampil pertama kali masalah itu, masalah kecil yang mudah diselesaikan sebetulnya, tetapi kita menunda toch~ yang akhirnya masalahnya membesar, membesar, membesra (ampe salah ngetik), MEMBESAR (tulisan besar!?), sampe tidak bisa diselesaikan tanpa penurunan derajat, tanpa harus hutang, minta maaf, tanpa harus jual ini, jual itu, tinggal di tempat yang tidak pantas, karena kita menunda untuk menyelesaikan masalah waktu masalah itu masih kecil dan mudah diselesaikan. Jadi kalau begitu banyak diantara kita yang sedang menabung masalah, sedang menunda, kalau inget terus, “Heeuuh... Astaghfirullah” tapi dia bilang apa, “KESALAHANKU DALAM HIDUPKU ADALAH MENUNDA, KELEMAHANKU ADALAH MENUNDA, ITU KEBURUKANKU YANG PALING PARAH, AKU TIDAK BOLEH MENERUSKAN INI, AKU HARUS SEGERA MENYELESAIKANNYA, AKU AKAN SEGERA BERTINDAK besok setelah makan siang!?”
Banyak orang yang berkata: “Lebih baik kita miskin tapi bahagia daripada kaya tidak bahagia, lebih baik miskin tapi keluarga harmonis daripada kaya anak-anaknya pada rebutan warisan. Apakah itu alasan atau hanya untuk menghibur diri sendiri?
Sebagian dari kita tidak sadar bahwa kalimat, setiap kalimat disaksikan. Di setiap kalimat itu disaksikan, kita tidak tau kalimat mana dari yang kita katakan yang menjadi do’a yang diterima Tuhan. Kalau itu karena kesombongan, mengabaikan nasihat baik lalu dia mengatakan “Lebih baik aku miskin tapi bahagia” Tuhan turuti. Dijadikan apa? Miskin, tapi untungnya bahagia. Tuhan itu tidak terbatas Kekuasaan-Nya, mengapa kita membatasi dari yang kita minta? Mulai dari sekarang jangan pura-pura lagi, jangan pernah lagi mengatakan, “lebih baik aku miskin, tapi...” JANGAN! Nanti malaikat bilang “Amin” gitu~. Katakan “Tuhan-ku aku tau itu nasihat umum, tapi aku ingin KAYA dan BAHAGIA”
Master of Alasan ini ahli membuat alasan, mendesain alasan untuk tidak adanya tindakan padahal tindakan itu mempercepat pengetahuan kita mengenai salah atau benar, tepat atau meleset. Secepatnya kita tau kita salah, secepat itu kita bisa memperbaiki.
Penundaan itu mengurangi usia/umur. Logikanya, orang yang panjang umur itu, umurnya berapa? Katakan saja 93th.
Ok...: Selama -> 17th dipake bolos sekolah -> 23 th pacaran ga jelas dimana, kawin lari sampai -> 33th. Menghindari bekerja sampai -> 43th kemudian -> 55th dia pensiun... Terus mendadak insyaf sampai -> 93 th. Berarti kalau begitu umurnya berapa? 55thn -> 93thn ini dia hidup sepenuhnya, itu dia disebut orang. Nah, apakah orang ini disebut panjang umur? TIDAK...
Contoh seorang lagi: Dari lahir sampaaaaiiii --> 37th, dia menulis banyak naskah, merekam banyak ceramahnya sendiri, dia banyak menemukan alat-alat bagi kebaikan masyarakat, dia menyusun rencana-rencana termasuk undang-undang, lalu dia di panggil Tuhan (Di Usia 37thn). Kenapa? Karena orang-orang hebat itu rumahnya cepat selesai di surga. Orang ini panjang umur atau pendek umur? Panjaaang karena, orang-orang baik, umur jasadnya dilanjutkan oleh kebaikan yang bisa dikenang oleh orang-orang yang diuntungkannya berkaum-kaum selanjutnya.
Berarti orang-orang yang gemar menunda sebenarnya sedang memperpendek usianya. Orang-orang yang menunda menjadikan dirinya tidak berguna. Itu sebabnya penundaan sebetulnya penggelap waktu, banyak orang yang waktunya digelapkan oleh kebohongan dirinya. Kalau kehidupan ini penting, waktu muda kita tidak sadar bahwa kehidupan kita itu harus berlanjut, waktu muda kita merasa remaja itu akan terjadi sepanjang masa, tapi tau-tau seperti semua remaja, tau-tau sudah tua!? Yang tua-tua ito loh tau-tau, “Loh, aku sudah tua?” Kalau kita tau kalau masa tua itu mendadak kita rasakan, maka berhati-hatilah dengan menggunakan waktu, karena waktu adalah komponen pembentuk kehidupan. Orang-orang yang suka menunda, menyepelekan pembentukan kehidupannya. Jadi orang-orang yang mau dihormati, hormatilah waktu dalam hidup Anda. Apabila Anda ingin menjadi pribadi yang berguna bagi sesama, pastikan yang Anda lakukan dalam sedikit waktu Anda itu membuat orang lebih senang, lebih damai, lebih mudah hidupnya, lebih murah biaya hidupnya dan kesulitan-kesulitannya terselesaikan. Mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang menyegerakan tindakan, supaya kebaikan disegerakan bagi kehidupan kita. Amin...
From :
The Master of Alasan
GOLDEN WAYS, Mario Teguh.
Minggu, 27 Maret 2011
Artikel Lainnya: