Mempelajari psikologi tidak hanya diperlukan oleh seorang Psikolog/Psikiater, tetapi juga perlu dipelajari oleh setiap orang yang dalam kehidupannya berinteraksi dan memberi layanan atau bantuan kepada orang lain. Dengan mempelajari psikologi, mengarahkan kita untuk dapat memahami lebih baik tentang orang (individu), baik diri kita atau pun orang lain. Sehingga dengan pemahaman tersebut kita dapat memberikan tindakan, layanan, atau perlakuan yang lebih bijaksana, yang lebih tepat sesuai dengan kondisi individu, waktu dan lingkungannya.
Nah, Apa yang telah Anda rasakan? Kesan-kesan juga pengaruh apa yang telah Anda dapatkan? Bagi Anda yang sedang mengikuti pembelajaran, perkuliahan di sekolah atau di kampus selama ini. Ilmu, pengetahuan, serta wawasan apa yang telah mempengaruhi kehidupan Anda? Apa yang telah Anda pahami mengenai apa yang Anda pelajari sehingga berpengaruh ke dalam pribadi Anda mau pun orang-orang di sekitar Anda? Tindakan atau layanan seperti apa yang telah Anda lakukan untuk mempengaruhi lingkungan di sekitar Anda? Apakah Anda sudah mulai memahami diri/pribadi Anda sendiri, mengetahui potensi, kelebihan dan kekurangan di dalam diri Anda? Ataukah Anda mengalami stress, frustasi atau depresi ketika mempelajari, mengikuti pembelajaran/perkuliahan selama ini? Lupa akan apa yang telah dipelajari selama ini! Terbebani akan tugas/praktikum/beban sks yang sedang Anda jalani? Apakah Anda sudah dapat mengaplikasikan beberapa atau semua yang telah Anda pelajari? Ataukah Anda mulai merasa salah mengambil jurusan! Mungkin awal/pertama kali Anda masuk sekolah/kuliah Anda merasakan semangat untuk belajar dan paham juga tertarik dengan pembahasan mata pelajaran/mata kuliah di sekolah/di kampus, namun seiring waktu berjalan entah dari faktor mana dan apa penyebabnya, Anda mulai merasa kurang bersemangat, tidak bergairah, merasa terbebani atau bahkan tidak nyaman dengan kondisi pembelajaran/perkuliahan yang Anda jalani?! Merasa kehilangan arah dan tujuan, pesimis, atau bahkan kehilangan jati diri Anda yang sesungguhnya!?
Hmm.. Pertanyaan demi pertanyaan yang muncul ini semoga bisa menjadi bahan renungan kita agar kita bisa lebih memahami kondisi kita saat ini dan semoga kita bisa memetik sesuatu dan mengambil hikmahnya. Saya tidak tau apa yang sedang saudara rasakan (karena saya bukan Tuhan yang Maha Mengetahui, bukan pula dukun atau pun paranormal!?), karena saya pun sedang mencari tau dan menggali kembali arah dan tujuan hidup saya. Apakah saya sudah berkembang dan berproses ke arah yang positif? Ataukah sebaliknya tidak ada perkembangan apa pun atau bahkan menurun dari yang diharapkan?! Jika merasa berkembang ke arah positif, seberapa signifikankah perkembangan itu dan karena pengaruh apa perkembangan itu terjadi?! Jika tidak ada perkembangan apa pun, apakah yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan atau tidak adanya perkembangan dalam diri tersebut?! Jadi, seberapa efisien dan efektifkah proses belajar yang telah kita alami/lakukan selama ini terhadap pembentukan diri (citra diri positif), kehidupan pribadi dan manfaatnya terhadap lingkungan?
Ok.. Pada kesempatan kali ini saya ingin mem-posting-kan/men-sharing-kan tentang Pendidikan tepatnya mungkin mengenai proses pendidikan (sekalian belajar karena besok uts Psikologi Pendidikan..>.<). Dan secara step by step saya ingin mencoba mencari tahu jawaban mengenai berbagai pertanyaan di atas tadi (semoga saja ada pencerahan). Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi (berhubungan;mempengaruhi;antar hubungan) antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh, sebagai pengikut, oleh karena itu disebutnya “peserta didik”.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekadar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial). Peran pendidik adalah mengaktualkan yang masih kuncup, dan mengembangkan lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada. Peserta didik juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri, tetapi ada juga yang membutuhkan banyak bantuan dan bimbingan dari orang lain terutama pendidik.
Dalam buku The Learning Revolution yang di tulis oleh Gordon Dryden dan Dr.Jeannette Vos. Tipe kecerdasan itu tidak hanya satu dan setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama uniknya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif harus dapat mengenali dan melayaninya. Sekarang kita tahu bahwa setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik. Namun, masih banyak SMU dan Universitas yang “mengajar” seakan-akan semua siswa punya gaya belajar yang seragam-akademis, abstrak dan teoritis. “Penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa hanya 30% orang berhasil belajar dengan cara itu.” Sebanyak 70% lainnya belajar dengan berbagai gaya-yang paling menonjol adalah dengan praktik. Orang-orang dari segala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan pribadi mereka sendiri. Setiap orang memiliki gaya belajar dan gaya bekerja yang unik. Sebagian orang lebih mudah belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian yang lain secara auditorial: suka mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa (pelajar tactile) atau menggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorientasi pada teks tercetak: membaca buku. Yang lainnya adalah “kelompok interaktif”: berinteraksi dengan orang lain.
Namun, saat ini banyak anak-anak yang putus sekolah lanjutan karena gaya belajar mereka tidak sesuai dengan gaya belajar yang diterapkan di sekolah. Dan tekhnik mengajar yang diterapkan di sekolah lanjutan – mestinya hanya digunakan untuk mengajar para pelajar dengan gaya belajar akademis – bukanlah metode terbaik untuk meningkatkan standar mereka. Kondisi ini hanya memperbesar angka putus sekolah. (The Learning Revolution, Gordon Dryden and Dr.Jeannette Vos)
Mata pelajaran apa pun yang diambil para siswa, tolok ukur sesungguhnya dalam sistem pendidikan masa depan adalah seberapa besar kemampuannya dalam membangkitkan gairah belajar secara menyenangkan. Pendekatan ini akan mendorong setiap siswa untuk membangkitkan citra diri positif yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dalam setiap sistem yang terbukti berhasil – Yang dipelajari di seluruh dunia – citra diri ternyata lebih penting daripada materi pelajaran. Yang sama-sama pentingnya bagi mereka yang putus sekolah adalah kebutuhan untuk mempelajari keterampilan hidup. Ini berarti kita memerlukan kurikulum 4 tingkat yang menekankan:
è Citra diri dan perkembangan pribadi
è Pelatihan keterampilan hidup
è Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir
è Kemampuan-kemampuan akademik, fisik dan artistik yang spesifik (khusus)
Belajar seharusnya memiliki 3 tujuan:
1. Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik dan dapat melakukannya lebih cepat, lebih baik dan lebih mudah
2. Mengembangkan kemampuan konseptual umum – mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau berkaitan dengan bidang-bidang lain.
Nah, apakah aspek-aspek/hal-hal yang telah saya tulis dalam kesempatan kali ini sudah teraplikasikan dalam dunia pendidikan di negeri kita minimal di tempat kita menuntut ilmu saat ini tentunya? Dan yang jelas apakah pendidikan yang telah kita jalani selama ini sudahkah membangkitkan citra diri yang positif, membuat kita terampil, dan apakah kita bisa mengaplikasikannya ketika kita menghadapi berbagai permasalahan hidup?! Ini merupakan sebuah renungan bagi kita semua, terutama saya pribadi agar lebih intropeksi, memotivasi diri agar lebih giat belajar juga mencari gaya belajar yang sesuai dengan diri.
Manusia itu tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sebelumnya saya pribadi memohon maaf jika ada tulisan-tulisan yang tidak berkenan di hati para pembaca. Mungkin di dalam tulisan ini pun ada yang pro dan contra yaah karena manusia itu unik, cara berpikirnya pun pasti berbeda-beda, oleh karena itu saya mohon kesan,pesan dan sarannya di kolom komentar di bawah ini. Agar saya bisa memperbaiki diri dan mendapatkan suatu pencerahan dari para pembaca yang budiman. Terimakasih atas kunjungan saudara yang juga membacanya sampai akhir di blog saya. Wassalam...
Referensi:
-Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata.,(2009), Landasan Psikologi Proses Pendidikan,PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
-Gordon Dryden and Dr.Jeannette Vos, The Learning Revolution
No comments:
Post a Comment